Monday, May 6, 2013

Disiplin Belum Menjadi Kebanggan Kita

disiplin pegawai negeri sipil buat kita tetap susah jadi kebanggaan. dari dulu tingkat ketaatan pns kita rendah. jarang masuk kantor. apabila lantas masuk dia layaknya menginjak bara api. keluyuran ke mall, pasar, atau repot tanpa kaitan tugas pokok pada jam kantor merupakan tabiat yang makin lama membudaya. menyambut gajian baru agak banyak diamnya di kantor, khususnya pns menengah bawah. diamnya itu lantas di isi dengan bercakap bikin semata-mata isikan waktu, gosip, atau ngoceh macam-macam.

gubernur h nur alam se msi, senin pagi tanggal 22 april 2013 jadi inspektur upacara apel bendera di kantor dinas pekerjaan umum provinsi sulawesi tenggara. sampai memasuki periode ke-2 periode jabatannya sebagai gubernur sulawesi tenggara, baru kali itu nur alam ( 45 ) terlihat memimpin segera apel bendera di sesuatu lembaga lingkup provinsi. pasti ada suatu hal di balik moment tersebut. “kalau tidak berada-ada takkan tempua bersarang rendah”, kata pepatah leluhur kita.

agak banyak pns lingkup pu kelihatan ikuti upacara didalam uniform hijau muda, dulu lebih dikenal sebagai pakaian dinas hansip ( pertahanan sipil ), saat ini linmas ( perlindungan masyarakat ). beberapa kepala skpd ( satuan kerja perangkat tempat ) juga banyak datang. mereka mengelompok ( barisan sendiri ) di sebelah kiri inspektur upacara. abdul salam, staf pakar gubernur hampir telambat berhimpun di grup skpd. dia berlarian menyeruak dari bangunan belakang kantor dinas pu sultra, sebelum saat merangsek ke grup eselon ii tadi. bekas kepala dinas perikanan sulawesi tenggara itu tetap ngos-ngosan kala protokol mempersilakan gubernur nur alam mengambil posisi di tempat/mimbar inspektur upacara.

dari arahan gubernur nur alam terkuak tabiat pns di lingkup pu sulawesi tenggara sepanjang ini, sekalian juga menjawab kenapa dia mengambil keputusan memimpin segera apel bendera di lembaga tersebut. nur alam berkata : “jadikan kantor ini sebagai pusat pelayanan. apa pun alasannya pegawai perlu selamanya masuk kantor pas waktu. jikalau baru kembali dari lapangan, maka bolehlah istirahat sampai sedang hari. selanjutnya saudara-saudara perlu masuk di kantor sekretariat ini untuk berikan pelayanan terhadap masyarakat”.

pengarahan gubernur sultra tersebut sebenarnya ditujukan terhadap seluruh insan pns di sulawesi tenggara, tidak terkecuali pns lembaga vertikal. tabiat tidak disiplin bukan hanya lagi miliki sifat kecenderungan tapi tabiat itu udah membudaya. kenyataan itu kelihatan di mana-mana serta di lembaga manapun, khususnya di kota-kota. di kantor gubernur sultra sendiri disiplin pns sama pula, amburadul. panorama itu lebih mencolok pada waktu gubernur tidak ada di kantor gara-gara tengah tugas di luar kota.

rendahnya disiplin sudah pasti amat pengaruhi kualitas pelayanan. integritas pribadi pns yang kurang berkembang gara-gara terdesak oleh rendahnya ketaatan pada peraturan perundang-undangan atau ketentuan kedinasan pegawai negeri, menciptakan situasi atau peluang timbulnya praktik kkn ( korupsi, kolusi serta nepotisme ). kita mencatat bahwa praktik kkn-lah sebenarnya bentuk dari buruknya pelayanan birokrasi di indonesia. kurang profesional serta jauh dari kepastian hukum.

tetap sedikit insan pns sadari bahwa tabiat disiplin, diantaranya dideskripsikan didalam bentuk masuk kantor serta pulang kantor pas waktu, bekerja cermat sesuai tugas serta guna, jujur serta taat pada syari’at agama yang dianutnya merupakan investasi terbangunnya kebanggan serta kenyamanan hidup. integritas tersebut juga jadi kebanggan masyarakat. pns sama dengan ini amat punya potensi untuk jadi pemimpin yang berwibawa.

untuk membangun serta menegakkan disiplin pns, gubernur nur alam setelah itu memerintahkan beberapa pejabat struktural di mulai dari eselon ii sampai eselon iv ( satu tingkat kepala seksi ) biar lebih aktif lakukan pembinaan pns di unit kerja tiap-tiap. peran pengawasan perlu terus-menerus digunakan. fasilitas untuk pengawasan, layaknya kartu datang elektronik dianjurkan biar di sediakan. “alat itu perlu dipelihara, jangan lantas dirusak jadi tidak berfungsi”, pesan gubernur.

gubenur nur alam juga mengingatkan, kala memberikan pelayanan terhadap masyarakat, pns perlu adil serta proprsional. jangan sampai diskriminatif. bekas pengusaha kontraktor tersebut mengkritik praktik pelayanan di dinas pu sultra di periode lantas. “cara pelayanan terhadap pengusaha ( kontraltor ) besar berlainan dengan perlakuan pada pengusaha kecil”, katanya bernostalgia yang diaplaus peserta upacara. nur alam terhitung pengusaha kecil disaat itu.

rendahnya disiplin pns tercermin juga pada situasi lingkungan kerja mereka. kebersihan serta ketertiban diabaikan, baik di halaman kantor, ruangan kerja, ataupun toilet. di kantor gubernur sultra, umpamanya, cuma toilet di ruang-ruang kerja pejabat tinggi – di mulai dari gubernur sampai eselon ii – yang bersih, rapi, serta indah. selebihnya becek serta bau.

situasi layanan umum lebih tidak baik lagi. nyaris seluruh layanan umum layaknya terminal pelabuha laut, pelabuhan feri, terminal darat, serta bandar hawa ( bandara ) kurang bersih serta tidak nyaman. bau tidak enak segera menyergap demikian kita masuk toilet. tikus lantas dapat mati keracunan akibat bau menyengat di situ.

baru saja sebagian jam sehabis memimpin upacara apel pagi di dinas pu provinsi sultra, gubernur nur alam mendapatkan keadaan berantakan di diantara ruangan bandara haluoleo. gubernur mendadak balik arah kala menginginkan masuk ke bekas ruangan tunggulah di lantai terminal haluoelo. “wah, kotor ini”, katanya seraya berbalik arah. sembari menanti kehadiran ketua pkk pusat vita gamawang fauzi, gubenur nur alam mengajak saya meninjau keadaan pelayanan di bandara tersebut.

saya juga spontan menjelaskan bahwa keadaan berantakan yang baru disaksikan gubernur merupakan bukti belum berjalannya tugas pokok serta guna beberapa pejabat berkenaan. terminal bandara haluoleo, umpamanya, siapa yang wajib bertanggung jawab didalam bab kebersihan serta kenyamanan. persoalan itu amat penting serta strategis gara-gara bandara haluoleo merupakan gerbang utama sultra. garbarata – jembatan berdinding serta beratap yang menghubungkan pintu pesawat serta area tunggulah penumpang – kesan mewahnya tidak seimbang dengan situasi layanan di terminal tersebut. kamar serta layanan toiletnya amat sederhana, becek, serta kerap juga krannya tidak berair.

No comments:

Post a Comment